Terhadap penyakit alzheimer harus terus digalakkan | PT. Equityworld Futures Medan
Penyakit alzheimer sendiri juga biasanya dipicu oleh beberapa penyakit tidak menular lainnya seperti masalah yang berhubungan dengan jantung, asma, diabetes, dan kanker. Sehingga, terjadi permintaan kenaikan deteksi dini alzheimer sebesar 300 persen di tiga kota besar di Indonesia.
"Terjadi kenaikan (deteksi dini alzheimer) 300 persen di tiga kota yaitu Jakarta, Jogja dan Semarang. Hal ini disebabkan mulai tingginya kesadaran akan mendeteksi penyakit alzheimer," ucap Executive Director ALZI, Dian Purnomo, di Peluncuran QLUE dan Peresmian Pasukan Ungu di Balai Kota, Jakarta, Rabu, 21 September 2016.
Menurut data yang ada, sekitar 47 juta orang di seluruh dunia mengidap demensia, dimana lebih dari setengahnya atau 26,8 juta jiwa berada di Asia Pasifik. Perawatannya sendiri diperkirakan menelan biaya hingga US$880 miliar atau mencapai Rp11.580 triliun di seluruh dunia.
Tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit alzheimer harus terus digalakkan. Sebab, setiap tiga detik terdapat satu orang yang terkena demensia, khususnya alzheimer.
"Biaya perawatan demensia sendiri bisa mencapai US$880 miliar di seluruh dunia. Di Indonesia membutuhkan biaya perawatan sebesar US$2,2 milliar (Rp28,9 triliun). Jika disetarakan dengan rupiah, mencapai Rp28 trilliun per tahunnya," ujar Dian.
Tadinya orang enggak paham, tapi akhirnya mengerti bahwa lupa merupakan gejala yang paling penting dilihat. Makanya awareness masyarakat Indonesia sudah mulai tinggi
Jumlah Rp28,9 triliun tersebut merupakan biaya perawatan alzheimer terhadap 1,2 juta jiwa.
Dari survei yang dilakukan ALZI mengenai penyakit demensia, khususnya alzheimer, Dian mengakui bahwa kesadaran masyarakat pada pengidap alzheimer semakin meningkat.
"Kita udah survei ke masyarakat tentang pemahamam alzheimer. Setelah beberapa bulan dicek, usai survei, ternyata banyak yang datang ke RS untuk sekadar melaporkan gejala yang dilihat.
Jangan Maklum dengan Pikun | PT. Equityworld Futures Medan
Sebenarnya ada hal yang berbeda antara pikun dengan penurunan kognitif biasa pada orang tua. Tidak heran para aktivis demensia Alzheimer mengatakan Jangan Maklum Dengan Pikun. Hari ini 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit pikun/demensia yang banyak ditakuti oleh orang tua. Saya selalu ingat Presiden USA Ronald Reagen jika bicara tentang Alzheimer. Walaupun meninggal di usia di atas 90 tahun, saya yakin beliau sudah tidak ingat siapa-siapa lagi sebelum meninggal dunia.
Demensia yang oleh awam mungkin lebih dikenal sebagai pikun bukanlah suatu hal yang maklum di usia tua. Orang sering mengidentikan penuaan dengan penurunan kogntif. Pikun sering kali dianggap hal yang wajar terjadi pada orang tua.
Kondisi yang parah dari Alzheimer bisa membuat orang seperti hilang ingatan semua memori yang ada di kepalanya dan hidup seperti di dunianya sendiri. Kesempatan kali ini saya ingin sedikit memberikan gambaran tentang bagaimana mengenali masalah pikun sejak dini dan bagaimana mengatasinya.
Bukan lupa biasa
Fungsi daya pikir/kognitif adalah suatu fokus gangguan pada pasien demensia. Beberapa fungsi kognitif berkaitan dengan fungsi di bawah ini :
1. Memori
2. Berkomunikasi dan Bahasa
3. Kemampuan untuk fokus dan memperhatikan sesuatu
4. Fungsi untuk menilai dan mempunyai alasan akan aktifitas yang dilakukan
5. Persepsi penglihatan
Fungsi memori jangka panjangnya sendiri kebanyakan tidak bermasalah, sehingga jangan salah jika mereka masih bisa menceritakan hal-hal di masa lalu dengan baik, tapi malah lupa jika ditanya makan apa saja sejam yang lalu. Ini yang sering dilupakan oleh keluarga pasien demensia. Keluarga biasanya masih menganggap ingatan pasien demensia cukup bagus karena masih mampu mengingat hal-hal yang lama.
Pada pasien demensia, setidaknya dua fungsi kognitif utama tersebut di atas terganggu. Pasien dengan demensia biasanya memliki masalah dengan memori jangka pendek. Biasanya mereka memiliki masalah untuk hal-hal seperti lupa menaruh dompet, membayar tagihan, merencanakan dan mempersiapkan makan, lupa janji ketemu atau sekedar keluar bersama tetangga.
Gejala perasaan dan perilaku
Kondisi sangat mengganggu pasien dan terutama keluarga karena sering kali pasien berperilaku tidak bertujuan dan membuat masalah. Ada yang bisa keluar malam-malam dari rumah karena merasa dia tidak tinggal di rumahnya atau berperilaku aneh. Itulah yang membuat pasien demensia yang mengalami BPSD juga sering hilang dari rumah dan ditemukan bahkan dalam jarak yang jauh dari rumahnya.
Kebanyakan pasien demensia yang berkonsultasi dengan saya di praktek lebih banyak mengalami gangguan dalam perasaan dan perilaku. Pasien biasanya dibawa oleh keluarga karena sering marah-marah dan mencurigai adanya orang yang mau berbuat jahat kepada pasien.
Pasien demensia juga sering mengatakan melihat sesuatu misalnya orang-orang yang sudah meninggal yang datang kembali. Gejala paranoid mirip pasien gangguan skizofrenia ini yang lebih sering dikenali keluarga dan akhirnya membawa pasien menemui psikiater.
Biasanya gejala lupa lebih dianggap hal yang biasa oleh keluarga sehingga pada fase awal ini tidak banyak orang yang menyadarinya. Gejala yang dikenal dengan Behavioral and Psychological Symptoms of Demensia (BPSD) ini biasanya meliputi adanya suasana perasaan depresif atau juga kekacauan dalam proses berpikirnya.
Bisa diperlambat
Sayangnya belum banyak terbukti baik pada demensia yang berat. Itulah mengapa deteksi dini demensia sangat penting. Selain obat kolinesterase inhibitor, vitamin E juga dianggap mempunyai peranan untuk memperlambat progresifitas demensia. Terapi hormonal dengan estrogen tidak disarankan.
Walaupun demensia berjalan progresif, biasanya kondisi ini bisa dicegah perburukannya bila diketahui secara dini. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terapi dengan obat demensia golongan kolinesterase inhibitor (contoh Donepezil) pada demensia ringan sampai sedang mampu memperbaiki fungsi kognitif , berpikir dan proses bertujuan dalam pemikiran.
Gangguan perasaan dan perilaku seperti BPSD juga perlu mendapatkan penanganan yang baik dan tepat. Terapi dengan obat antipsikotik dan antidepresan SSRI bisa disarankan pada kasus-kasus gangguan psikotik dan depresif pada pasien demensia. Inilah yang menjadi fokus utama psikiater yang menangani kasus-kasus demensia dengan BPSD.
Tetap berolahraga, melakukan modifikasi perilaku dan menjadwalkan kegiatan termasuk toilet training adalah hal yang sangat diperlukan. Caregiver dalam hal ini keluarga atau pengasuh perlu untuk memahami hal ini. Berjalan di sekitar rumah di pagi hari yang cerah sangat baik dan terbukti secara penelitian.
Mendengarkan musik terutama saat makan dan mandi terbukti secara ilmiah juga mengurangi masalah berkaitan dengan perilaku. Tentunya perlu mendengarkan musik yang menenangkan.
Demensia memang masih menjadi masalah saat ini karena lebih dari 10 persen populasi di atas 65 tahun dan lebih dari 50 persen populasi di atas 85 tahun rentan mengalami hal ini. Dengan usia harapan hidup yang semakin baik, maka problem demensia ini akan semakin besar.
Cegah sebelum terlambat dan Jangan Maklum Dengan Pikun. Semoga artikel ini bermanfaat.

Jakarta Resmikan Pasukan Ungu Bantu Penderita Demensia | PT. Equityworld Futures Medan
Untuk tahap pertama, telah dilatih sebanyak 200 anggota Pasukan Ungu yang terdiri atas dokter, perawat, kader dari Dinas Kesehatan DKI, petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Dinas Sosial DKI, serta relawan ALZI dari berbagai profesi.
"Dengan diresmikannya Pasukan Ungu ini, diharapkan dapat membantu seluruh lansia yang ada di ibukota, dan Kota Jakarta menjadi ibukota yang ramah demensia dan lansia," kata Asisten bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah DKI Jakarta Fatahillah di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (21/9).
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Alzheimer's Indonesia (ALZI) meresmikan Pasukan Ungu dalam rangka mewujudkan Kota Jakarta yang ramah demensia dan lansia.
Selain peresmian Pasukan Ungu, dalam kesempatan tersebut Pemprov DKI juga meluncurkan layanan fitur "Lansia Hilang" dalam aplikasi Qlue yang dapat diakses melalui ponsel pintar (smartphone) oleh masyarakat, untuk mempermudah dan mempercepat penanganan lansia hilang di wilayah DKI Jakarta.
Menurut dia, saat ini terdapat 481 dokter dibawah Dinas Kesehatan DKI, 413 petugas Dinas Sosial DKI dan 20.000 siswa SMP, SMA dan SMK yang telah mendapatkan edukasi mengenai demensia alzheimer.
Lansia yang ditemukan akan mendapatkan deteksi dini demensia, sehingga penanganannya sesuai dengan prosedur penanganan orang dengan demensia (ODD).
"Kami berharap para petugas dapat secara aktif menyampaikan sosialisasi mengenai penyakit demensia dan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya kepada seluruh warga di ibukota," ujar Fatahillah.
Sementara itu, Executive Director Alzheimer's Indonesia Dian Purnomo mengungkapkan, pada tahun ini Pemprov DKI aktif melakukan sosialisasi mengenai demensia. Salah satunya dengan menyalakan cahaya berwarna ungu pada tugu Monas sepanjang September 2016.
"Kalau semakin banyak orang peduli terhadap demensia dan alzheimer, risiko orang menderita alzheimer juga berkurang. Kami berterima kasih atas dukungan dan partisipasi aktif Pemprov DKI Jakarta," ungkap Dian.
Lewat fitur tersebut, masyarakat dapat berperan aktif dengan melapor ketika menemukan lansia yang tersesat. Laporan itu kemudian diteruskan kepada lurah melalui aplikasi Qlue untuk ditindaklanjuti oleh Pasukan Ungu terdekat.