Posted by PT Equityworld Futures News on Rabu, 21 September 2016
Samsung telah menghadirkan pembaruan software untuk Galaxy Note 7 | PT. Equityworld Futures
Seperti diketahui, awal September lalu perusahaan Korea Selatan itu menarik sementara (recall) Galaxy Note 7 yang beredar di pasaran lantaran permasalahan yang terjadi pada baterainya.
Penarikan itu didasari sejumlah laporan bahwa flagship smartphone teranyar yang melenggang akhir Agustus lalu itu meledak dan terbakar akibat kecacatan pada baterai.
Adapun software ini akan menampilkan ikon baterai berwarna hijau di bagian atas Galaxy Note 7. Indikator baterai berwarna hijau ini hanya ada pada smartphone Galaxy Note 7 yang telah diperbaiki oleh Samsung.
Pekan ini kabarnya Samsung telah menghadirkan pembaruan software untuk Galaxy Note 7 di Amerika Serikat. Hadirnya software ini bakal memberitahukan pengguna, jika perangkat yang dimiliki harus segera dikembalikan ke Samsung.
Sejauh ini, dalam pernyataannya Selasa (20/9/2016), Samsung telah mengirimkan 500.000 unit Galaxy Note 7 untuk Amerika Serikat. Pekan lalu, perusahaan juga menyebutkan, kebanyakan toko ritel akan memulai penggantian unit pada 21 September 2016.
Untuk meningkatkan keamanan, pemberitahuan itu tak hanya akan muncul sekali. Namun tiap pengguna menyalakan smartphone Galaxy Note 7, pemberitahuan itu akan terus muncul hingga pengguna mematikan perangkatnya.
Cara kerjanya adalah, pengguna yang memiliki perangkat Galaxy Note 7 yang harus dikembalikan dan ditukarkan, akan menerima sebuah pemberitahuan. Pemberitahuan itu meminta pengguna mematikan perangkat dan mengembalikannya ke toko pembelian.
500 Ribu Unit Samsung Galaxy Note Pengganti Tersedia Di AS | PT. Equityworld Futures
Pada 20 September, Samsung merilis firmware update untuk semua perangkat Note7 untuk membantu mengidentifikasi perangkat yang terkena dampak masalah baterai.
Dalam siaran pers yang dikutip GSM Arena, Samsung juga menyebut adanya perbaruan perangkat lunak, yang akan memperbarui Note7 dengan pemberitahuan untuk perangkat terdampak dan indikator baterai hijau untuk perangkat yang tidak terdampak.
Pada 2 September, Samsung mengumumkan masalah baterai dan menghentikan penjualan Note7 dan pada 9 September Samsung dan Komisi Perlindungan Konsumen AS (Consumer Product Safety Commission/CPSC) mengeluarkan pemberitahuan untuk tidak lagi menggunakan Note7.
Samsung menyatakan bahwa berkenaan dengan status penarikan sukarela di Amerika Serikat, sebanyak 500.000 unit Galaxy Note7 sudah tersedia di operator dan toko-toko ritel di Amerika Serikat (AS) mulai 21 September dan konsumen yang terdampak bisa mulai menukarkan perangkat mereka.
CPSC secara resmi mengumumkan penarikan produk pada 15 September dan Samsung meluncurkan program pemeriksaan IMEI melalui situs Internet, nomor 1-8000, dan aplikasi Samsung.
Samsung Segera Lanjutkan Penjualan Note 7 | PT. Equityworld Futures
Di Indonesia, Note 7 yang bermasalah dihentikan penjualannya dalam masa pre order. Handset tersebut dijual sekitar Rp 10,7 juta di sini.
Di Amerika Serikat misalnya, seperti dikutip detikINET dari Reutes, operator Verizon sudah membuka kembali pemesanan Note 7 versi baru yang bebas masalah. Sebelumnya, mereka menghentikan penjualan flagship terbaru Samsung tersebut karena isu baterai.
Di Negeri Paman Sam, Samsung telah resmi menarik kembali sekitar sejuta unit Note 7. Konsumen yang terlanjur membeli ditawari uang kembali atau handset pengganti. Sekitar 500 ribu unit Note 7 baru sudah dipersiapkan Samsung di sana.
Setelah harus ditarik kembali atau recall karena rentan meledak, Galaxy Note 7 kemungkinan akan segera dipajang lagi di toko-toko. Samsung sepertinya sudah siap melanjutkan kembali penjualan Note 7 di beberapa negara.
Secara global, ada sekitar 2,5 juta unit Note 7 yang ditarik kembali. Penjualan di semua negara pun dihentikan untuk sementara. Seiring berjalannya waktu, Samsung sepertinya sudah merasa siap memasarkan kembali Note 7.
Selain di AS, penjualan Note 7 rencananya kembali lanjut di Korea Selatan pada 28 September. Kemudian menyusul Australia serta Singapura di bulan Oktober. Bisa jadi Indonesia mengikuti tidak lama setelahnya.