Posted by PT Equityworld Futures News on Senin, 07 November 2016
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berambisi dapat menguasai 40% pangsa pasar (market share) internasional pada 2020. Untuk mewujudkannya, BUMN dirgantara ini membutuhkan 115 unit pesawat baru.
Direktur Utama Garuda Arif Wibowo mengatakan, saat ini persaingan di industri dirgantara sangat ketat dan tidak henti-hentinya. Saat ini, armada yang dimiliki perseroan baru 197 unit.
"Garuda sudah transformasi panjang sudah 67 tahun. Kalau kita lihat dari balance sheet-nya cukup kuat persaingan, enggak berhenti dari sisi pertumbuhan armada dan trafik angka Garuda naik terus 10 tahun lalu. Pesawat sampai akhir tahun, 197 pesawat," katanya dalam acara Seminar Indonesia Naik Kelas yang digelar KORAN SINDO dan SINDOnews di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Mantan Bos Citilink ini menyatakan, saat ini pangsa pasar Garuda masih didominasi oleh pasar domestik. Dimana, Garuda menguasai 41% pasar domestik dan 27% pasar internasional. Namun, perseroan ingin menguasai lebih besar lagi menjadi 50% domestik dan 40% internasional.
"Saya hitung dalam lima tahun mendatang 2020 untuk mencapai 40%, kita harus siapkan 312 white body dan narrow," tandasnya.
Proyeksi BI: Kampanye Pilkada Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 | Equity World
"BI akan terus memonitor berbagai perkembangan baik domestik maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi," pungkas Tirta.
"Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 terutama disebabkan oleh relatif terbatasnya pertumbuhan konsumsi Pemerintah dan ekspor. Pelemahan konsumsi Pemerintah dipengaruhi oleh kebijakan penghematan belanja Pemerintah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara, dalam keterangan tertulis, Senin (7/11/2016).
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 tercatat 5,02% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,18%. Namun, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi investasi, implementasi Paket Kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan daya saing dan memperbaiki iklim investasi diharapkan dapat mendukung kinerja investasi. Di sisi lain, pelonggaran moneter yang telah dilakukan secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan turut memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi, seiring dengan efektivitas transmisi kebijakan moneter yang semakin baik ke depan.
Ke depan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2016 akan meningkat didorong oleh perbaikan konsumsi rumah tangga sejalan dengan inflasi yang terjaga dan ekspektasi pendapatan yang lebih tinggi.
Sementara itu, pelemahan kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih relatif rendah. Di sisi investasi, masih minimnya peran investor swasta berdampak pada pertumbuhan investasi yang melambat di tengah berlanjutnya pembangunan proyek infrastruktur oleh Pemerintah. Sedangkan konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat didukung oleh perkembangan harga yang terjaga.
"Selain itu, masa kampanye Pilkada serentak yang dimulai pada triwulan IV 2016 diperkirakan juga dapat mendorong pertumbuhan konsumsi lembaga non profit," terang Tirta.