Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI, Lilik S Sulistyowati mengatakan, saat ini kelebihan berat badan dan obesitas telah menjadi masalah kesehatan global. Jika biasanya penyakit ini mendera masyarakat di negara berpenghasilan tinggi, kini kasus yang sama juga ditemukan pada penduduk berpenghasilan rendah dan menengah di kawasan perkotaan.
Melihat bahaya penyakit ini, obesitas kini dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka panjang menengah nasional (RPJMN) dan renstra Kemenkes RI 2015-2019. Melalui peringatan hari obesitas se-dunia tahun ini, P2PTM mengajak masyarakat mencegah dan mengendalikan obesitas dengan prinsip 'CERDIK'. "C itu singkatan dari cek kesehatan berkala. Caranya mudah sekali. Timbang berat dan tinggi badan, ukur masa tubuh, tekanan darah," kata Lily di Jakarta, (31/10).
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) 2013 menunjukkan, ada 18,8 persen anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan. Sebanyak 10,8 persen menderita obesitas. Data yang sama juga menyatakan prevalensi obesitas pada anak yang disertai komorbiditas erat kaitannya dengan kejadian obesitas pada orang tua.
Pada orang dewasa, obesitas merupakan salah satu faktor risiko munculnya penyakit tidak menular (TPM). TPM kini dikenal sebagai 10 besar pembunuh utama. Sebanyak 2,8 juta jiwa penduduk dunia meninggal karena menderita TPM yang berkaitan dengan obesitas.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Senin (31/10), memeringati Hari Obesitas se-Dunia yang seyogyanya dilakukan 11 Oktober lalu. tahun ini, tema yang diambil adalah 'Calling for Urgent Government Action to End Childhood Obesity'.
E berarti lenyahkan asap rokok. R singkatan dari rajin berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, D mewakili diet, sementara I berarti istirahat cukup. Terakhir, K merupakan singkatan dari kelola stres. Tekanan psikologis dikenal sebagai salah satu pemicu berbagai penyakit tidak menular.
Di dunia, angka kejadian obesitas meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Pada 2014, terdapat 41 juta anak mengalami berat badan berlebih dan obesitas.
Ayo, Cegah Obesitas pada Anak Mulai Sekarang! | PT Equityworld
“Tahun 2016, Hari Obesitas Sedunia mengangkat tema “Calling for Urgent Government Action to End Childhood Obesity” yang bertujuan mendorong pemerintah dalam mengambil tindakan segera untuk memenuhi komitmen menghentikan kenaikan prevalensi obesitas pada tahun 2025,” ujar Lily S. Sulistyowati, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan memberikan himbauan kepada pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan pengendalian obesitas pada anak. Mendorong kementerian dan lintas sektor terkait lainnya untuk meningkatkan kerjasama dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga semua kebijakan yang ada berpihak pada kesehatan.
Kelebihan berat badan dan obesitas telah menjadi masalah kesehatan global. Setelah dianggap sebagai masalah di negara-negara berpenghasilan tinggi, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas kini meningkat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kususnya di daerah perkotaan. Untuk memerangi obesitas, tiap tahun diperingati Hari Obesitas Sedunia diperingati pada tanggal 11 Oktober.
Kementerian Kesehatan RI dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia. Kegiatan yang dilakukan meliputi : 1) Melaksanakan sosialisasi dan diseminasi informasi tentang kelebihan berat badan dan obesitas melalui berbagai media cetak, elektronik, dan media lainnya serta pemasangan spanduk, umbul-umbul berisi pesan tentang obesitas, 2) Membuat Surat Edaran kepada Seluruh Dinas Kesehatan Provinsi di Indonesia terkait Hari Obesitas Sedunia untuk melakukan Promosi kesehatan, Deteksi Dini, dan kerjasama dengan LSM untuk melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat.
Untuk mencegah obesitas pada anak, berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan : 1) Tidak makan sambil menonton TV, 2) Batasi penggunaan gadget, 3) Perbanyak aktivitas di luar ruangan, 4) Biasakan makan dengan keluarga, 5) Biasakan sarapan sehat, 6) Biasakan membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah, 6) Batasi konsumsi makanan siap saji dan pangan olahan, jajanan, dan makanan selingan manis, asin, dan berlemak, 7) Perbanyak konsumsi sayur dan buah, 8) Tidak merokok dan minum minuman beralkohol, 9) Hindari konsumsi minuman ringan dan bersoda.
Kegemukan dan obesitas sendiri dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.
Berdasarkan data Kemenkes RI, secara global, angka kejadian obesitas meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980. Pada tahun 2014, terdapat sebanyak 41 juta anak mengalami berat badan berlebih dan obesitas. Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, ada sebanyak 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan, dan 10,8% menderita obesitas. Riskesdas 2013 juga menyatakan prevalensi obesitas pada anak yang disertai dengan komorbiditas erat kaitannya dengan kejadian obesitas pada orang tua.
“Kondisi ini memprihatinkan, karena obesitas memberikan dampak buruk terhadap tumbuh kembang anak terutama di aspek organik dan psikososial. Obesitas pada anak juga berisiko menyebabkan berbagai penyakit di masa dewasa,” ungkap Lily lagi.
Ya, obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab penyakit dan kematian. Penderita obesitas kemungkinan besar menderita peningkatan tekanan darah, aterosklerosism hipertrofi ventrikel kiri, sumbatan jalan napas saat tidur (obstructive sleep apnea), asma, sindrom polikistik ovarium, diabetes mellitus tipe 2, perlemakan hati, abnormalitas kadar lipid darah (dislipidemia), dan sindrom metabolik.
Apa saja pemicu obesitas pada anak? Obesitas dan kelebihan berat badan pada anak disebabkan oleh beberapa faktor, namun umumnya diakibatkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat. Jumlah asupan energi berlebih, kebiasaan mengonsumsi jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak dan gula, kurang serat), jadwal makan tidak teratur, tidak sarapan, kebiasaan mengemil, serta teknik pengolahan makanan (banyak menggunakan minyak, gula, dan santan kental) turut memicu terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas. Selain itu kurangnya aktivitas fisik juga meningkatkan risiko obesitas. Kemajuan teknologi serta tersedianya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan menyebabkan menurunkan aktivitas fisik sebagian besar masyarakat.
Faktor lain yang menyebabkan obesitas pada anak adalah faktor genetik yaitu adanya riwayat obesitas pada anggota keluarga yang kemungkinan diwariskan kepada keturunan. Faktor lainnya adalah konsumsi obatan-obatan tertentu dan faktor usia. Ketika usia bertambah, maka sistem metabolisme akan menurun sehingga menyebabkan lemak lebih cepat tersimpan di dalam tubuh.
PT Equityworld