Xiaomi baru meluncurkan perangkat virtual reality (VR) perdananya bertajuk Mi VR Play | PT. Equityworld Futures Medan
"Ini adalah bentuk keseriusan kami menggarap teknologi VR," kata CEO Xiaomi, Lei Jun, Selasa (25/10/2016), dalam acara peluncuran yang digelar di Peking University Gymnasium, Beijing, China.
Pada acara yang dihadiri sekitar 2.000 Mi Fans dan awak media tersebut, Xiaomi meluncurkan tiga produk. Selain Mi VR, produk "primadona"-nya adalah Mi Note 2. Ada juga Mi Mix yang merupakan ponsel tanpa bezel.
Perbedaan antara Mi VR versi Agustus dan Oktober bisa dilihat jelas dari desainnya. Mi VR Play lebih mirip dengan Cardboard buatan Google yang masih sederhana. Sementara itu, Mi VR digarap lebih serius seperti perangkat VR buatan vendor kawakan semisal Samsung Gear VR, HTC Vive, LG 360 VR, serta Oculus Rift.
Mengusung kombinasi warna hitam dan putih, Mi VR tampak futuristik. Sensornya menghasilkan latensi ultra-low 16 ms yang diklaim bisa mereduksi motion-sickness atau rasa mual yang timbul. Xiaomi juga melengkapi Mi VR dengan kontroler 9-axis sebagai pengendali perangkat. Bentuknya bak remote control yang simpel dan elegan.
Agustus lalu, Xiaomi baru meluncurkan perangkat virtual reality (VR) perdananya bertajuk Mi VR Play. Dalam kurun waktu sebulan, Xiaomi buru-buru merilis versi update perangkat tersebut yang dinamai Mi VR tanpa embel-embel "Play".
Dalam kesempatan yang sama, Xiaomi juga memperkenalkan platform VR yang dinamai MIUI VR. Platform tersebut menyajikan berbagai konten VR, mulai dari video hingga game. Setidaknya 500 video panoramik dan 30 aplikasi game sudah mendukung MIUI VR. Lei sesumbar Xiaomi sudah menggandeng lebih dari 200 developer untuk membuat lebih banyak konten Mi VR.
Penggunaan Mi VR ini hanya terbatas pada beberapa perangkat flagship Xiaomi seperti Mi 5, Mi 5s, Mi 5s Plus, serta Mi Note 2 teranyar. Harga yang dipatok untuk perangkat VR ini relatif murah, yakni cuma 199 RMB alias Rp 381.000-an.
Alasan Xiaomi Lebih Sering Rilis Ponsel di India, Bukan Indonesia | PT. Equityworld Futures Medan
Xiaomi juga belum membangun pabrik untuk memenuhi syarat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan pemerintah. Akibatnya, Mi Fans harus gigit jari karena banyak seri Xiaomi yang belum masuk resmi ke Indonesia. Xiaomi malah terkesan menganakemaskan pasar India dengan membangun dua manufaktur di sana.
Ditilik dari regulasinya, memang Negara Kain Sutera itu juga mematok aturan TKDN yang sama seperti Indonesia, yakni sebesar 30 persen. Lantas, apa pertimbangan Xiaomi mendahulukan pembangunan pabrik di India?
Menurut Vice President Xiaomi, Hugo Barra, tak ada niatan sang produsen seri Redmi membeda-bedakan pasar di Indonesia dengan di India. Semuanya hanya soal waktu dan kejelasan pemerintah di masing-masing negara.
"Kami selama ini menunggu kejelasan aturan TKDN di Indonesia karena beberapa kali masih didiskusikan. Di India, aturan TKDN lebih awal ditetapkan sehingga jelas bagi vendor global seperti kami," kata dia pada KompasTekno, Selasa (25/10/2016), dalam sesi roundtable usai peluncuran Mi Note 2 di Beijing, China.
Diketahui, Xiaomi pertama kali mendirikan pabrik di India pada awal 2015. Pabrik keduanya sendiri menyusul pada pertengahan 2016 ini. Keduanya terletak di Kota Sri, di negara bagian Andhra Pradesh. Pabrik kedua Xiaomi di India berdiri di atas lahan lebih dari 6.000 meter persegi. Kapasitas produksi maksimumnya diperkirakan mencapai dua juta unit setiap kuartal.
Dalam berbagai kesempatan, Xiaomi selalu menyebut Indonesia sebagai pasar yang penting dan potensial. Basis Mi Fans di Tanah Air pun digadang-gadang paling besar kedua setelah China. Namun, banyak gadget-gadget Xiaomi yang tidak dirilis di Indonesia, melainkan hanya di India, seperti Redmi 3, Redmi Pro, Redmi Note 4, Mi 4S dan sebagainya.
Barra memastikan Xiaomi bakal segera memenuhi TKDN di Indonesia, meski belum menyebut jalur manufaktur seperti yang dilakukan India. Kapan realisasinya pun belum diumbar. "Untuk detilnya kami belum bisa bilang apa-apa. Yang pasti, dalam waktu dekat seri-seri Xiaomi akan masuk Indonesia," ia menjelaskan.
Di Indonesia sendiri ada tiga skema pemenuhan TKDN yang dirumuskan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 65 tahun 2016. Ketiganya terdiri dari aspek manufaktur dominan, aspek aplikasi dominan, serta aspek komitmen investasi.
Xiaomi Kok Mulai Jual Mahal? | PT. Equityworld Futures Medan
Lewat strategi pemasaran perangkat murah tapi tidak murahan, Xiaomi ingin mengusik pasar ponsel pintar yang mengharuskan pecinta perangkat genggam merogoh kocek dalam untuk mendapatkan perangkat mumpuni.
"Kami ingin menjangkau pasar yang menginginkan produk berkualitas dengan harga relatif murah. Dalam 10 hingga 20 tahun kedepan kami melihat konsumsi akan semakin tinggi terutama di kota kedua dan ketiga kalangan usia 17 hingga 35 tahun. Analis Jessie Ding dari firma Canalys mengakui kemunculan Xiaomi berhasil mengusik industri. Selama ini pengguna harus rela membayar mahal untuk mendapatkan ponsel premium, namun tidak demikian dengan kemunculan Xiaomi.
CEO Lei Jun kala itu mengusung misi mengembangkan ROM dengan antarmuka yang sederhana dan memiliki nilai tambah bagi pengguna ponsel lewat kemunculan MIUI. Debut di ranah peranti lunak diawali dengan kemunculan Xiaomi Mi 1 di tahun 2011 yang langsung mencuri hati penggila gadget. Ponsel yang digadang-gadang sebagai "Apple dari China" ini menawarkan spesifikasi yang mumpuni dengan harga yang jauh dibawah dari dugaan banyak orang.
Mi 1 yang kala itu dipasarkan dikisaran Rp2 jutaan memiliki spesifikasi yang setara dengan ponsel flagship Samsung Galaxy S2 yang dibanderol Rp3 jutaan. Liu De dari divisi produk dan ekosistem Xiaomi mengatakan misi perusahaan untuk mengakomodir kebutuhan perangkat berkualitas dengan harga murah terutama di negara-negara berkembang.
Ciri khas ponsel dengan teknologi terkini namun harga jual yang 'ramah di kantong' melekat sejak Xiaomi muncul pertama kali di tahun 2010. Hal inilah yang kemudian menjadi pembeda antara Xiaomi dengan produsen perangkat pintar lainnya.
Skema Online-to-offline
Ponsel perdana Xiaomi dipasarkan secara online dengan sistem jual cepat terbatas (flashsale). Dengan sistem penjualan ini, Xiaomi hanya perlu hitungan jam hingga hari untuk menjual habis ponsel besutannya.
Bergabungnya Hugo Barra sebagai VP of Global Operation memperluas cakupan pasar Xiaomi ke Malaysia, Filipina, India, Indonesia, Thailand, Rusia, Turki, Brasil, Meksiko, Amerika Serikat, Eropa, Australia, hingga Selandia Baru.
Strategi pemasaran daring yang meminimalisir biaya pemasaran dibandingkan dijual lewat toko fisik terus dilakukan hingga jelang penghujung tahun 2013. Xiaomi secara resmi mengumumkan rencana untuk membuka toko ritel perdananya di Beijing.
Di tahun yang sama, Xiaomi berhasil mencatatkan angka penjualan mencapai 18,7 juta unit dan menjadikannya merek nomor lima yang paling banyak digunakan di China.
Strategi penjualan ini yang kemudian diikuti oleh kompetitor senegara Xiaomi, salah satunya OnePlus. Bukan hanya dari sisi harga jual, Xiaomi juga berhasil mendobrak tradisi pemasaran yang terasa monoton -- mengandalkan ritel.
Memasuki usia keempat, Xiaomi memperluas cakupan pasar ke ranah lobal dengan menyambangi Singapura. Kemunculan Redmi dan Mi 3 menjadi penanda eksistensi Xiaomi di ranah global. Dengan mengandalakan sistem penjualan daring, Xiaomi berhasil menjual semua stok Mi 3 hanya dalam waktu dua menit di Negeri Singa.
Mulai Jual Harga Mahal
Di India tercatat 50 ribu unit Redmi Note berhasil terjual dalam waktu enam detik di akhir tahun 2014. Analis Counterpoint Research, Tarun Pathak mengatakan salah satu alasan yang menjadikan India sebagai fokus pemasaran sejumlah perusahaan tak lain karena kebanyakan konsumen di sana bersedia membayar lebih untuk sebuah kualitas.
Demi menjawab tantangan tersebut, kemarin (25/10) Xiaomi secara resmi memperkenalkan kemunculan dua ponsel flagship yakni Mi Mix dan Mi Note 2 serta sebuah headset VR di Beijing. Perubahan dominan terlihat dari lengkungan di sisi kanan dan kiri Mi Note 2 disamping prosesor 821 2,35 GHz dan RAM 6 GB sebagai penunjang performa.
Jessie Ding menyebut dari sisi spesifikasi, perusahaan asal China ini tidak banyak berubah. Kompetisi di pasar domestik akan kian beragam dan mengharuskan Xiaomi melahirkan inovasi baru.
"Tidak sedikit konsumen yang bersedia bayar mahal untuk mendapatkan produk berkualitas, hanya saja belakangan spesifikasi ponsel Xiaomi tidak banyak berubah," ungkap Jessie dari firma Canalys.
Tak sekedar mengandalkan seri Mi, Xiaomi juga menggarap pasar ponsel dengan layar bongsor lewat seri Redmi Note. Kemunculan seri Note dan Note Pro dengan banderol harga yang lebih tinggi sengaja disiapkan untuk menandingi iPhone 6.
Pada laporan kuartal ketiga tahun ini, Counterpoint mencatat pangsa pasar Xiaomi merosot hingga 10,6 persen dibandingkan kuartal kedua sebesar 11,2 persen. Oppo, Vivo, dan Huawei yang mulai getol memunculkan inovasi dalam fitur ponsel mulai menyalip Xiaomi di akhir Q3 2016.
Jin Di, analis dari lembaga riset IDC mengaku optimis meski dibanderol mahal, kemunculan Mi Mix justru akan mengubah imej Xiaomi ke arah perusahaan yang inovatif.
"Mix mengusung konsep yang bagus untuk membantu mengubah imej perusahaan. Xiaomi tengah berupaya menunjukkan posisi sebagai pemimpin pasar global lewat inovasi-inovasinya," pungkas Jin. Dengan tingkat kerumitan desain dan keterbatasan bahan baku, Jin memastikan Mix bukan ditujukan untuk mengejar target penjualan, tetapi lebih pada pemenuhan sebuah mimpi.
Sedangkan konsep ponsel tanpa bingkai diwujudkan lewat Mi Mix lengkap dengan penggunaan material keramik pieaoelectric. CEO Lei Jun optimis perbedaan mencolok pada Mix akan menjadi salah satu pembawa perubahan penting di ranah ponsel pintar ke depannya.
Meski begitu, Xiaomi seakan ingkar dengan pakem di awal kemunculannya. Kedua flagship terbarunya dibanderol dengan harga cukup tinggi yakni US$510 atau setara Rp 6,6 juta untuk Mi Mix dan US$415 (Rp 5,3 juta) hingga $515 untuk Mi Note 2.